Pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung
jawab sekolah sebagai lembaga formal. Orang tua harus turut andil dalam
mendorong anak agar lebih aktif di sekolah. Sekolah tidak pernah mampu menjamin
anak dapat menikmati waktu belajar di sekolah. Kehidupan anak yang penuh dengan
cara senang-senang, aktif bergerak, dan mencoba hal-hal baru tidak selalu dapat
diwadahi sekolah. Justru terkadang, sekolah menerapkan sistem pembelajaran
kelas yang kaku dan sangat membosankan bagi anak-anak.
Tentunya dengan adanya kenyataan seperti ini,
orang tua memegang perang penting untuk mendorong anak belajar sesuai dengan
dunianya. Orang tua berperan untuk memotivasi keinginan anak belajar dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya keinginan dari anak, maka belajar anak di sekolah
akan terasa menyenangkan. Anak seperti pistol, orang tua hanya harus tahu
dimana pelatuknya. Ketika rasa keingintahuan anak mampu dimunculkan pada proses
belajar di sekolah, maka belajar anak sangat menyenangkan bagi anak.
Berikut tujuh cara untuk memotivasi belajar
anak agar lebih menikmati pembelajaran di sekolah.
Mempersiapkan kebutuhan sekolah
Biasanya, anak akan sangat antusias sekali
melakukan hal-hal baru. Seperti pergi ke sekolah, hal pertama yang bisa
dilakukan oleh orang tua adalah menyiapkan segala kebutuhan sekolah. Kebutuhan
yang menyangkut jasmani, rohani, psikologis, dan perlengkapan harus terpenuhi
terlebih dahulu sebelum anak pergi ke sekolah. Mulai dari bangun tidur, mandi,
sarapan, alat sekolah, hingga ucapan motivasi yang menyemangati anak mampu
memberikan kesiapan yang utuh bagi anak. Tentunya ini berbeda jika anak akan
berangkat sekolah tapi topinya hilang entah kemana. Suasana psikologis anak
tentu akan kacau.
Dalam proses pemenuhan kebutuhannya tentu masih
harus disertakan nilai-nilai seperti kemandirian, tanggung jawab, disiplin, dan
lain-lain. Jadi bukan harus selalu orang tua yang sibuk mengurusi kebutuhan
anak, tapi anak juga diperkenalkan memahami apa yang dibutuhkannya sendiri.
Memberi pujian
Salah satu hal yang mendorong seseorang senang
dan merasa dihargai, baik kita sebagai orang dewasa atau buah hati kita
adalah saat ada orang lain yang
memberikan pujian kepada kita. jika orang dewasa saja butuh, apalagi anak-anak.
Logika anak belum mampu menjamah hal-hal yang sangat realitas. Ia masih perlu
banyak dekapan kasih sayang orang tua. Maka, pujian adalah salah satu bentuk
ungkapan kasih sayang.
Hindari bentuk-bentuk harapan yang tinggi dari
orang tua kepada anak. Beban harapan orang tua yang tinggi bisa membuat anak
tidak mampu menikmati kegiatannya. Orientasi belajarnya berubah menjadi hanya
sebatas “asal bapak senang”, bukan menyasar pada perkembangan diri anak. Pujian
ketika nilai anak tidak sesuai adalah hal yang lumrah. Rasa percaya diri dan
dianggap ada adalah dorongan yang besar bagi anak untuk terus berusaha. Memberi
pujian artinya memupuk suasana yang berkesan dan membangkitkan harga diri anak.
Dukung kreativitas anak
Setiap anak dilahirkan dengan kelebihan dan
kelemahan. Tidak ada yang sempurna dan akan menjadi masalah yang besar ketika
orang tua terus menyalahkan kekurangan anak tanpa memperhatikan kelebihannya.
Kelebihan anak muncul biasanya dari kebiasaan yang sering dilakukannya,
kegiatan yang paling disukainya. Dukung perkembangan minat dan bakat anak.
Mengarahkan kreativitas anak boleh-boleh saja, namun bukan berarti orang tua
bebas mengekang kreativitas sesuai yang dikehendaki orang tua. Seorang anak
yang melakukan kegiatan dan berkreativitas karena dorongan minat tidak hanya
sekadar mencurahkan tenaganya saja, namun jiwanya pula.
Pola asuh demokrasi pada anak
Orang tua bisa aktif bertanya tentang hal-hal
yang dekat dengan anak. Misalnya kebiasaan yang disukai, bagaimana kabar
kegiatannya di sekolah, atau apa yang paling diminati anak. Bertanya dan
bernegosiasi dengan anak akan membuka banyak peluang untuk mengenali bakat dan
minat anak. Berdiskusi dengan anak melatih anak untuk berbicara, sekaligus
memberikan hak bagi anak untuk berbicara dan menyuarakan keluhannya.
Anak akan memahami bahwa dirinya memiliki hak untuk
berbicara dan berhak pula untuk didengar. Pola asuh anak yang demokratif akan
membangun kualitas pribadi anak sebagai pemimpin yang bijak (mau mendengar) dan
berpikiran terbuka.
Suasana belajar yang menyenangkan
Anak indentik dengan kegiatan bermain. Kegiatan
yang mengundang rasa penasaran, dan kegiatan yang dilakukan secara riil dan
membuat anak-anak senang. Di dalam sekolah, ada banyak sekali materi ilmu yang
bisa didapatkan. Anak perlu dibangkitkan rasa penasarannya terhadap sesuatu.
Ketika anak merasa malu, maka tegaskan bahwa di kelas ia mempunyai hak untuk
berbicara.
Dengan bertanya bermacam-macam hal tentang
materi yang ada di sekolah, maka anak akan semakin penasaran. Rasa penasaran
anak yang tinggi dan hanya bisa disembuhkan dengan menemukan jawabannya.
Kebiasaan membaca pada anak
Untuk bisa belajar di kelas dengan baik, anak
harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak. Membaca adalah salah
satu hal yang perlu ada dalam kegiatan anak di rumah. Dengan membaca dan
belajar, maka anak akan memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan tersebut akan
berbuah menjadi daya kritis anak terhadap hal-hal yang ada di luar. Termasuk di
sekolah, anak akan bisa bertanya atau menjawab ketika tahu apa materi yang
disampaikan.
Komunikasi yang hangat
Biasakan mengajak anak untuk berbicara hal-hal
yang menyangkut aktivitas psikis dan fisiknya hari tersebut. Komunikasi yang
hangat dibangun ketika orang tua tidak banyak mendikte, tapi lebih banyak
mendengarkan. Komunikasi yang hangat memberikan asupan kepercayaan diri yang
tinggi pada anak dan rasa terbuka pada anak. Sehingga pada saat anak mengalami
masalah, ia tak sungkan untuk bercerita kepada anda.
Pada dasarnya anak adalah karunia yang harus
dijaga. Orang tua memiliki banyak peran penting yang mampu menciptakan dunia
yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan tunas-tunas hebat.
Sumber : http://blog.ub.ac.id
0 comments :
Post a Comment